Burung Kecil yang Kehilangan Pohon

Bab 1: Pohon Tua di Tepi Jalan

Di tepi sebuah kota yang sedang tumbuh, berdirilah sebuah pohon tua yang sangat besar. Batangnya tebal, kulitnya kasar, dan cabang-cabangnya membentang seperti payung raksasa. Setiap pagi, daun-daunnya berkilau terkena cahaya matahari.

Pohon itu bukan sekadar pohon biasa. Ia adalah rumah bagi banyak burung kecil. Di sela-sela cabangnya, terdapat sarang-sarang mungil yang tersusun rapi, seperti kampung kecil di atas langit.

Salah satu penghuni sarang itu adalah burung pipit kecil bernama Lila. Lila lahir di pohon itu dan tidak pernah tinggal di tempat lain. Ia belajar terbang dengan melompat dari satu cabang ke cabang lain, ditemani suara daun yang berdesir lembut.

Setiap pagi, Lila bangun paling awal. Ia suka bernyanyi sambil menunggu matahari naik. Suaranya kecil, tapi jernih, dan sering membuat burung lain ikut bernyanyi.

Pohon tua selalu melindungi mereka. Saat hujan turun, daun-daunnya menahan air. Saat angin kencang, cabangnya bergoyang pelan agar sarang tidak jatuh.

Bagi Lila dan teman-temannya, dunia terasa aman dan lengkap. Mereka tidak tahu bahwa perubahan sedang mendekat.


Bab 2: Hari Ketika Suara Mesin Datang

Suatu pagi, kicau burung terganggu oleh suara yang asing. Bukan suara angin, bukan suara hujan, melainkan suara keras dan bergetar.

Lila terbangun dengan kaget. Ia melihat manusia datang membawa mesin besar. Mesin itu mengeluarkan suara yang membuat daun-daun bergetar ketakutan.

Burung-burung beterbangan panik. Mereka tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Pohon tua tetap berdiri diam, seolah tahu sesuatu yang akan datang.

Manusia berbicara satu sama lain. Mereka menunjuk pohon dan berkata bahwa jalan harus diperlebar. Pohon itu dianggap menghalangi.

Lila terbang mengelilingi pohon, memanggil induknya. Sarang-sarang mulai bergoyang. Daun-daun berjatuhan satu per satu.

Ketika mesin mulai bekerja, pohon tua akhirnya roboh dengan suara keras. Sarang-sarang jatuh ke tanah. Dunia yang Lila kenal runtuh dalam satu pagi.


Bab 3: Tanpa Rumah

Setelah pohon itu hilang, tempat itu terasa sangat kosong. Tidak ada lagi bayangan rindang, tidak ada tempat berteduh.

Lila terbang ke sana kemari mencari pohon lain. Tetapi pohon-pohon yang tersisa terlalu kecil atau terlalu jauh.

Akhirnya, Lila mencoba membuat sarang di tiang lampu. Tempat itu keras dan dingin. Tidak ada daun yang melindungi dari hujan.

Malam hari terasa panjang. Angin membuat sarang bergoyang, dan Lila sulit tidur. Ia merindukan suara daun pohon tuanya.

Beberapa manusia melihat sarang itu dan merasa terganggu. Ada yang mencoba mengusir Lila tanpa tahu alasannya.

Lila semakin takut. Ia hanya ingin rumah, bukan masalah.


Bab 4: Anak yang Memperhatikan

Di antara manusia itu, ada seorang anak bernama Raka. Suatu sore, ia melihat Lila sendirian di kabel listrik.

Raka memperhatikan burung kecil itu dengan saksama. Ia melihat burung itu tidak bernyanyi seperti burung lain.

Raka bertanya kepada ibunya mengapa burung itu tinggal di tempat yang berbahaya. Ibunya menjawab pelan bahwa pohon-pohon sudah ditebang.

Raka terdiam. Ia menoleh ke sekeliling dan menyadari betapa sedikit pohon di kotanya.

Untuk pertama kalinya, Raka berpikir bahwa burung juga membutuhkan rumah, sama seperti manusia.


Bab 5: Menanam Harapan

Keesokan harinya, Raka membawa bibit pohon kecil. Ia menanamnya di halaman rumah.

Teman-temannya ikut membantu. Mereka menanam di pinggir jalan dan di sudut-sudut kosong.

Pohon-pohon itu belum besar. Daunnya masih sedikit. Tetapi mereka merawatnya setiap hari.

Waktu berlalu. Pohon-pohon mulai tumbuh. Cabangnya semakin kuat.

Suatu pagi, Lila mencoba hinggap di salah satu pohon itu. Ia merasa aman kembali.


Bab 6: Kicau yang Kembali

Hari demi hari, burung lain ikut datang. Kota yang dulu sunyi mulai dipenuhi suara kicau.

Manusia mulai tersenyum mendengarnya. Mereka menyadari sesuatu yang sempat hilang.

Lila kembali bernyanyi setiap pagi. Kali ini, nyanyiannya terdengar lebih lembut dan penuh syukur.

Ia tahu bahwa tidak semua manusia lupa pada alam.

Dan kota itu belajar bahwa menjaga pohon berarti menjaga kehidupan.


Pesan Cerita

Rumah bukan hanya milik manusia.
Makhluk kecil pun membutuhkannya.
Jika kita menjaga alam,
alam akan menjaga kita kembali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share via
Copy link